Jumat, 22 Februari 2013

MENJAGA ASET EMAS HIJAU KITA




Budidaya tanaman perkebunan sampai saat ini masih menggiurkan, karena hasilnya yang bernilai ekonomi tinggi. Meski begitu, hendaknya pekebun tidak terlena, dan tetap berperilaku layaknya seorang “konsultan” bagi kebun sendiri. Gejala kekuningan/bintik2 kuning pada daun, bunga yang tak kunjung muncul, atau pelepah yang mulai mengering adalah salah satu cara tanaman berbicara pada kita. Disamping serangan jamur yang menggagalkan pembentukan buah, belum lagi serangan hama-hama lain yang juga turut berpartisipasi negatif bagi mutu dan kelangsungan produktifitas tanaman.

Adapun gejala umum setelah panen raya biasanya terkurasnya unsur2 hara tanah terutama Kalium yang diperparah dengan curah hujan tinggi mengakibatkan gejala daun berbintik kuning dan lambat laun mengering dan patah. Untuk itu bisa segera dilakukan pemupukan dolomite/pengaturan yang dilanjutkan dengan pemberian KCL atau KNO3. Untuk gejala tersebut pemupukan akan lebih baik lagi jika dilengkapi SUPERNASA dengan kebutuhan 5-6 kg/ha. Curah hujan sepanjang tahun iniserta kelembaban yang tinggi memacu munculnya serangan marasmius di ujung batang dan buah. Penanggulangannya perlu segera dilakukan penunasan/pruning dengan tetap mengacu pada umur tanaman. Dalam hal jumlah daun yang disisakan di pokok sehingga sinar matahari dapat menembus kebawah dan meningkatkan suhu mikro. Sedangkan terlambat berbuah adalah suatu gejala yang terjadi pada tanaman yang salah satunya akibat terlambat mendapatkan energy pengganti setelah terkuras dalam memproduksi buah. Untuk hal terakhir ini, penggunaan POWER NUTRITION secara rutin 4 bulan sekali dengan kebutuhan 5-6 kg/ha memberikan hasil yang menggembirakan. Karena memberikan “tenaga ekstra”hingga mampu mempertahankan kelangsungan berproduksi meskipun dalam kondisi iklim yang kurang mendukung (semisal kemarau panjang).



Di samping ketiga hal penting di atas ada satu hal lain yang juga tak kalah penting menyangkut serangan hama ulat api yang biasanya muncul ketika musim panas dimulai. Tingkat kerugian oleh sebab hama ini sangat besar, karena serangan parah akan mengakibatkan tanaman kehilangan daun dan fotosintesis tanaman terganggu sehingga akan menurunkan produksi hingga gagal panen. Problem ini patut diperhatikan dengan cara monitoring atau sensus ulat api sebelum kondisi makin parah. Penggunaan bahan kimia pengendali ulat api yang tidak bijaksana justru akan menimbulkan masalah baru diwaktu–waktu yang akan datang akibat kekebalan hama ataupun karena musnahnya musuh alami. Untuk tanaman karet selain pemupukan secara teratur dan berimbang, perlu juga diantisipasi serangan jamur akar putih terutama untuk tanaman tua atau lahan tanam ulang baru.



Sangat dianjurkan penggunaan GLIO untuk mengurangi resiko dari serangan penyakit yang sangat berbahaya ini, yaitu dengan cara pengocoran  GLIO pada daerah perakaran. Untuk tanaman yang belum menghasilkan umur 1–3 tahun (TBM 1–3) dengan takaran 1 pak  GLIO untuk 25-50 pokok tiap 6 bulan sekali, sedang untuk selanjutnya cukup 1 kali setahun.

0 komentar:

Posting Komentar