Latest Post

Minggu, 23 Juni 2013

BUDIDAYA JAGUNG NASA

|0 komentar
Dalam Budidaya Jagung Banyak sekali Faktor yang harus di perhatikan oleh Petani supaya dapat menghasilkan panen berlimpah.Di Lapangan sudah banyak bukti bahwa Pupuk Organik Nasa yang dipakai dalam budidaya Jagung mengalami pertumbuhan yang baik serta mengahasilkan Panen berlimpah,

Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Walaupun ketersediaan lahan budidaya jagung sangat luas, namun sampai saat ini kita masih harus mengimpor dari luar negeri karena produksi jagung di negara kita belum mencukupi. Dengan teknik budidaya jagung yang tepat akan menghasilkan produksi jagung yang tinggi. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).

Syarat Pertumbuhan Tanaman Jagung

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C – 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl

A. Pemilihan Benih Jagung

Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

B. Pengolahan Lahan

Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

C. Pemupukan

Waktu Dosis Pupuk Makro (per ha) Dosis POC NASA
Urea (kg) TSP (kg) KCl (kg)
Perendaman benih - - - 2 – 4 cc/ lt air
Pupuk dasar 120 80 25 20 – 40 tutup/tangki ( siram merata )
2 minggu - - - 4 – 8 tutup/tangki ( semprot/siram)
Susulan I (3 minggu) 115 - 55 -
4 minggu - - - 4 – 8 tutup/tangki ( semprot/siram )
Susulan II (6 minggu) 115 - - 4 – 8 tutup/tangki ( semprot/siram )
Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis ± 1 botol/1000 m2 dengan cara :
  1. Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
  2. Alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 m bedengan.

D. Teknik Penanaman Jagung

1). Penentuan Pola Tanaman Jagung
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
  1. Tumpang sari ( intercropping ), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
  2. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
  3. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ), pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
  4. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ), penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
2). Lubang Tanam dan Cara Tanam Jagung
  1. Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih.
  2. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar.
  3. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40×100 cm (2 tanaman /lubang).
  4. Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25×75 cm (1 tanaman/lubang).

E. Pengelolaan Tanaman

1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

F. Hama dan Penyakit

1. Hama pada tanaman jagung
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian:
(1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman.
(2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan.
(3) Sanitasi kebun.
(4) semprot dengan PESTONA
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera).
\Pengendalian:
(1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman;
(2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah);
(3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.

2. Penyakit pada tanaman jagung
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab.
Gejala:
(1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih;
 (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi;
(3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.
Pengendalian:
(1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan;
(2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan;
(3) cabut tanaman terserang dan musnahkan;
(4) Preventif diawal tanam dengan GLIO
b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum.
Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat.
Pengendalian:
(1) pergiliran tanaman.
(2) mengatur kondisi lahan tidak lembab;
(3) Prenventif diawal dengan GLIO
c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw.
 Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang.
Pengendalian:
(1) mengatur kelembaban;
(2) menanam varietas tahan terhadap penyakit;
 (3) sanitasi kebun;
(4) semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC.
Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian:
(1) mengatur kelembaban;
(2) memotong bagian tanaman dan dibakar;
(3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme.
Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang.
Pengendalian:
(1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih;
 (2) GLIO di awal tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

G. Panen dan Pasca Panen

  1. Ciri dan Umur Panen
    Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.
  2. Cara Panen
    Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.
  3. Pengupasan
    Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.
  4. Pengeringan
    Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.
  5. Pemipilan
    Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.
  6. Penyortiran dan Penggolongan
    Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.
Demikianlah beberapa pedoman teknik budidaya tanaman jagung secara organik dari PT Natural Nusantara.

Senin, 10 Juni 2013

BUDIDAYA KARET NASA

|0 komentar
Karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman tahunan dengan pohon batang lurus. Pertama kali, Pohon karet hanya terdapat di Brasil, Amerika Selatan. Setelah Henry Wickham melakukan percobaan berkali-kali, akhirnya pohon karet ini berhasil dikembangkan di wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura, tanaman karet mulai dibudidayakan sekitar tahun 1876. Di Indonesia sendiri, tanaman karet pertama kali ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia juga pernah menguasai produksi karet dunia. Akan tetapi, posisi Indonesia saat ini didesak oleh dua negara tetangga yaitu Malaysia dan Thailand. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan Kuantitas dan Kualitas produksi, dengan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

I. Syarat Tumbuh Pohon Karet

  • Suhu udara 240C – 280C.
  • Curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun.
  • Penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari.
  • Kelembaban tinggi
  • Kondisi tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas
  • Tanah ber-pH 5-6 (batas toleransi 3-8).
  • Ketinggian lahan 200 m dpl.

II. Pedoman Teknis Budidaya Karet

2.1. Pembibitan

2.1.1. Persemaian Perkecambahan

  • Benih disemai di bedengan dengan lebar 1-1,2 m, panjang sesuai tempat.
  • Di atas bedengan dihamparkan pasir halus setebal 5-7 cm.
  • Tebarkan Natural Glio yang sudah terlebih dulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 mg.
  • Bedengan dinaungi jerami/daun-daun setinggi 1 m di sisi timur dan 80 cm di sisi Barat.
  • Benih direndam POC NASA selama 3-6 jam (1 tutup/liter air).
  • Benih disemaikan langsung disiram larutan POC NASA 0,5 tutup/liter air.
  • Jarak tanam benih 1-2 cm.
  • Siram benih secara teratur, dan benih yang normal akan berkecambah pada 10-14 hss dan selanjutnya dipindahkan ke tempat persemaian bibit.
2.1.2. Persemaian Bibit
  • Tanah dicangkul sedalam 60-75 cm, lalu dihaluskan dan diratakan.
  • Buat bedengan setinggi 20 cm dan parit antar bedengan sedalam 50 cm.
  • Benih yang berkecambah ditanam dengan jarak 40x40x60 cm untuk okulasi coklat dan 20x20x60 untuk okulasi hijau.
  • Penyiraman dilakukan secara teratur
  • Pemupukan :
    PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali) GT 1 : 8 gr urea, 4 gr TSP, 2 gr KCl perpohon LCB 1320: 2,5 gr urea, 3 gr TSP, 2 gr KCl perpohon. POC NASA : 2-3 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali
2.1.3. Pembuatan Kebun Entres
  • Cara penanaman dan pemeliharaan seperti menanam bibit okulasi.
  • Bibit yang digunakan dapat berbentuk bibit stump atau bibit polybag.
  • Jarak tanam 1,0 m x 1,0 m.
  • Pemupukan :
    PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali)
    Tahun I : 10 gr urea, 10 gr TSP, 10 gr KCl /pohon
    Tahun II : 15 gr urea, 15 gr TSP, 15 gr KCl /pohon
POC NASA :
2-3 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali
2.1.4. Okulasi
Ada 2 macam okulasi: Okulasi coklat dan okulasi hijau.
Keterangan Okulasi Coklat Okulasi Hijau
Umur batang bawah 9-18 bulan 3-8 bln
Diameter batang 10 cm dari tanah + 2 cm 1 – 1,5 cm
Kayu okulasi Dari kebun entres, warna hijau tua dan coklat, diameter 1,5 – 3 cm Dari kebun entres umur 1-3 bln, warna masih hijau atau telah terbentuk 1-2 payung
  • Teknik Okulasi : (keduanya sama)
  • Buat jendela okulasi panjang 5-7 cm, lebar 1-2 cm.
  • Persiapkan mata okulasi
  • Pisahkan kayu dari kulit (perisai)
  • Masukkan perisai ke dalam jendela
  • Membalut, gunakan pita plastik/rafia tebal 0,04 mm
  • Setelah 3 minggu, balut dibuka, jika pesriasi digores sedikit masih hijau segar, maka okulasi berhasil. Diulangi 1-2 minggu kemudian.
  • Bila bibit akan dipindahkan potonglah miring batang bawah + 10 cm di atas okulasi.
  • Bibit okulasi yang dipindahkan dapat berbentuk stum mata tidur, stum tinggi, stum mini, dan bibit polybag.

2.2. Pengolahan Media Tanam

  1. Tanah dibongkar dengan cangkul / traktor, dan bersihkan dari sisa akar.
  2. Pembuatan teras untuk tanah dengan kemiringan > 10 derajat. Lebar teras minimal 1,5 dengan jarak antar teras tergantung dari jarak tanam.
  3. Pembuatan rorak (kotak kayu panjang) pada tanah landai. Rorak berguna untuk menampung tanah yang tererosi. Jika sudah penuh isi rorak dituangkan ke areal di sebelah atas rorak.
  4. Pembuatan saluran penguras dan saluran pinggiran jalan yang sesuai dengan kemiringan lahan dan diperkeras.

2.3. Teknik Penanaman

2.3.1. Penentuan Pola Tanaman
  • 0-3 th tumpangsari dengan padi gogo, jagung, kedele
  • > 3 th tumpangsari dengan jahe atau kapulogo
2.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
  • Jarak tanam 7 x 3 m (476 bibit/ha)
  • Lubang tanam :
    - okulasi stump mini 60 x 60 x 60 cm
    - okulasi stump tinggi 80 x 80 x 80 cm
2.3.3. Cara Penanaman
  • Masukkan bibit dan plastiknya dalam lubang tanah dan biarkan 2-3 minggu.
  • Buka kantong plastik, tebarkan Natural GLIO yang telah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu dan segera timbun dengan tanah galian
  • Siramkan POC NASA yang telah dicampur air secara merata (1 tutup/lt air perpohon). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA. Caranya : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.karet pupuk nasa

2.4. Pemeliharaan Tanaman

a. Penyulaman : Dilakukan saat tanaman berumur 1-2 tahun.
b. Pemupukan
UMUR
(bulan) Dosis pupuk Makro (per ha)
Urea (kg) Rock Phospat (kg) MOP/KCl (kg) Kieserite (MgSO4) (kg)
0 0 150 0 0
3 60 115 40 40
8 60 115 40 40
12 75 135 50 40
18 75 135 50 40
24 115 300 115 75
36 210 300 115 75
48 235 300 115 75
dst sebaiknya dilakukan analisa tanah

Dosis POC NASA mulai awal tanam :
0 – 36 2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang setiap 4 – 5 bulan sekali
> 36 3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang setiap 3 – 4 bulan sekali
Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC NASA :
  1. Tahap 1 : Aplikasikan 3 – 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon
  2. Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 300 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point 3.3.3.)

2.5. Hama dan Penyakit

2.5.1. Hama
  1. Kutu tanaman (Planococcus citri)
    Gejala: merusak tanaman dengan mengisap cairan dari pucuk batang dan daun muda. Bagian tanaman yang diisap menjadi kuning dan kering. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona.
  2. Tungau (Hemitarsonemus , Paratetranychus)
    Gejala; mengisap cairan daun muda, daun tua, pucuk, sehingga tidak normal dan kerdil, daun berguguran. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona.
2.5.2. Penyakit
Penyakit yang menyerang bagian akar, batang, daun dan bidang sadap, sebagian besar disebabkan oleh jamur. Penyakit tersebut antara lain :
  1. Penyakit pada akar : Akar putih (Jamur Rigidoporus lignosus), Akar merah (Jamur Ganoderma pseudoferrum), Jamur upas (Jamur Corticium salmonicolor),
  2. Penyakit pada batang :Kanker bercak (Jamur Phytophthora palmivora), Busuk pangkal batang (Jamur Botrydiplodia theobromae),
  3. Penyakit pada bidang sadap : Kanker garis (Jamur Phytophthora palmivora), Mouldy rot (Jamur Ceratocystis fimbriata)
  4. Penyakit pada Daun : Embun tepung (jamur Oidium heveae), Penyakit colletorichum (Jamur Coletotrichum gloeosporoides), Penyakit Phytophthora (Jamur Phytophthora botriosa)
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit karena jamur:
  • Menanam bibit sehat dan dari klon resisten
  • Pemupukan lengkap dan seimbang ( makro – mikro) dengan jenis pupuk, dosis dan waktu yang tepat
  • Taburkan Natural Glio sebelum atau pada saat tanam sanitasi kebun
  • Pemangkasan tanaman penutup yang terlalu lebat
  • Bagian yang terserang segera dimusnahkan
  • Penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat tanah
  • Pisau sadap steril
  • Khusus penyakit embun tepung, daun digugurkan lebih awal dan segera dipupuk nitrogen dengan dosis dua kali lipat dan semprot POC NASA 3-5 tutup/tangki.
    Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

2.6. Panen Karet

  • Penyadapan pada umur + 5 tahun, dan dapat dilakukan selama 25-35 tahun.
  • Pemakaian POC NASA, HORMONIK dan SUPERNASA secara teratur akan mempercepat waktu penyadapan pertama kali dan memperlama usia produksi tanaman.

Sabtu, 09 Maret 2013

BVR JAMUR SAHABAT PETANI

|0 komentar




Setiap petani pasti berharap bahwa tanaman yang ditanamnya akan memberikan hasil yang maksimal ketika masa panen tiba. Oleh karena itu setiap petani berusaha melakukan pengelolaan tanaman sebaik-baiknya. Mulai dari pemilihan bibit yang terbaik, sistem pengelolaan lahan yang baik, penggunaan pupuk dan obat-obatan yang sesuai, irigasi yang baik dan sebagainya. Dengan ditempuhnya segala ikhtiar tersebut diharapkan tanaman akan memberikan hasil yang sebanding dengan jerih payahnya.

Namun demikian, pertanian adalah bukan aktivitas yang berada di ruangan tertutup atau laboratorium, melainkan dilakukan di ruangan terbuka, sehingga interaksi langsung tanaman dengan alam sekitarnya tidak mungkin terhindarkan lagi. Memang keberhasilan kegiatan pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor alam, akan tetapi tidak sedikit pula kontribusi faktor alam terhadap kegagalan panen, misalnya kekeringan, bencana alam, ataupun gangguan hama dan penyakit tanaman.

Sejak lama para petani berusaha mengendalikan alam agar dapat meminimalisasi dampak destruktifnya pada tanaman, misanya dengan pembangunan sistem irigasi yang baik untuk menghindari kekeringan sekaligus mengendalikan banjir. Petani juga telah sejak lama mengenal teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan cara-cara tradisional. Kemajuan teknologi pertanian telah memungkinkan semakin dikembangkannya obat-obatan dan peralatan pengendali hama dan penyakit tanaman. Bersamaan dengan pengadopsian sistem pertanian modern,teknologi pengendalian hama dan penyakit pertanian ini telah memberikan kontribusi pada semakin melimpahnya produksi pertanian.

Setiap petani pasti berharap bahwa tanaman yang ditanamnya akan memberikan hasil yang maksimal ketika masa panen tiba. Oleh karena itu setiap petani berusaha melakukan pengelolaan tanaman sebaik-baiknya. Mulai dari pemilihan bibit yangterbaik, sistem pengelolaan lahan yang baik, penggunaan pupuk dan obat-obatan yang sesuai, irigasi yang baik dan sebagainya. Dengan ditempuhnya segala ikhtiar tersebut diharapkan tanaman akan memberikan hasil yang sebanding dengan jerih payahnya. Dampak yang kurang menguntungkan bagi lingkungan dan pertanian yang berkelanjutan. Penggunaan pestisida kimia justru dapat menimbulkan ledakan populasi hama karena pestisida juga membunuh musuh alami dari hama tanaman.

NASA dengan mottonya 3 K (Kualitas– Kuantitas – Kelestarian) memiliki produk teknologi pengendali hama dan penyakit pertanian yang selaras dengan lingkungan yaitu Natural BVR. Natural BVR efektif dan efisien terhadap hama sasaran, tidak mematikan musuh alami,selaras keseimbangan alam, mudah dan relatif murah, aman terhadap lingkungan, manusia dan hewan, mendukung program pertanian berkelanjutan. Dengan demikian penggunaan Natural BVR dilahan pertanian, diharapkan akan mampu meningkatkan hasil produksi pertanian tanpa membahayakan lingkungan sekitar.

Cara kerja Natural BVR
Dengan bahan aktif Beauveria bassiana adalah masuk melalui mulut serangga hama, kemudian tumbuh dan berkembang menghancurkan sistem organ hama dari dalam. BVR yang menempel pada kulit hama dan mengeluarkan enzim (Kitinase,Protease, Lipase) untuk menghancurkan kulit. Natural BVR juga mengeluarkan racun (Beauvericin, Beauveroilides, Asamoksalat) untuk membunuh hama. Miselium tumbuh secara progresif dan muncul pada badan hama yang mati, jika hama yang terinfeksi bersinggungan dengan hama yang sehat, maka hama akan tertulari, penularan dapat melalui angin. Kematian hama berkisar antara 4-8 hari setelah terinfeksi BVR.

Natural BVR dapat digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman pada tanaman padi, bawang merah, kacang panjang, cabai, tomat,kubis, buncis, semangka, kentang, apel, mangga, coklat, dan sebagainya. Adapunjenis hama dan penyakit tanaman yang dapat dikendalikan dengan Natural BVR adalah wereng (Nilaparvata sp.;Nephotettix sp.; Sogatella sp.), hama penggerek batang padi (Thryporhizasp.; Chilo supressalis), walang sangit(Leptocorixa accuta), kutu daun, kutu dompolan, dan penggerek buah coklat. (Trans Agro edisi 35)

Jumat, 22 Februari 2013

MENJAGA ASET EMAS HIJAU KITA

|0 komentar



Budidaya tanaman perkebunan sampai saat ini masih menggiurkan, karena hasilnya yang bernilai ekonomi tinggi. Meski begitu, hendaknya pekebun tidak terlena, dan tetap berperilaku layaknya seorang “konsultan” bagi kebun sendiri. Gejala kekuningan/bintik2 kuning pada daun, bunga yang tak kunjung muncul, atau pelepah yang mulai mengering adalah salah satu cara tanaman berbicara pada kita. Disamping serangan jamur yang menggagalkan pembentukan buah, belum lagi serangan hama-hama lain yang juga turut berpartisipasi negatif bagi mutu dan kelangsungan produktifitas tanaman.

Adapun gejala umum setelah panen raya biasanya terkurasnya unsur2 hara tanah terutama Kalium yang diperparah dengan curah hujan tinggi mengakibatkan gejala daun berbintik kuning dan lambat laun mengering dan patah. Untuk itu bisa segera dilakukan pemupukan dolomite/pengaturan yang dilanjutkan dengan pemberian KCL atau KNO3. Untuk gejala tersebut pemupukan akan lebih baik lagi jika dilengkapi SUPERNASA dengan kebutuhan 5-6 kg/ha. Curah hujan sepanjang tahun iniserta kelembaban yang tinggi memacu munculnya serangan marasmius di ujung batang dan buah. Penanggulangannya perlu segera dilakukan penunasan/pruning dengan tetap mengacu pada umur tanaman. Dalam hal jumlah daun yang disisakan di pokok sehingga sinar matahari dapat menembus kebawah dan meningkatkan suhu mikro. Sedangkan terlambat berbuah adalah suatu gejala yang terjadi pada tanaman yang salah satunya akibat terlambat mendapatkan energy pengganti setelah terkuras dalam memproduksi buah. Untuk hal terakhir ini, penggunaan POWER NUTRITION secara rutin 4 bulan sekali dengan kebutuhan 5-6 kg/ha memberikan hasil yang menggembirakan. Karena memberikan “tenaga ekstra”hingga mampu mempertahankan kelangsungan berproduksi meskipun dalam kondisi iklim yang kurang mendukung (semisal kemarau panjang).



Di samping ketiga hal penting di atas ada satu hal lain yang juga tak kalah penting menyangkut serangan hama ulat api yang biasanya muncul ketika musim panas dimulai. Tingkat kerugian oleh sebab hama ini sangat besar, karena serangan parah akan mengakibatkan tanaman kehilangan daun dan fotosintesis tanaman terganggu sehingga akan menurunkan produksi hingga gagal panen. Problem ini patut diperhatikan dengan cara monitoring atau sensus ulat api sebelum kondisi makin parah. Penggunaan bahan kimia pengendali ulat api yang tidak bijaksana justru akan menimbulkan masalah baru diwaktu–waktu yang akan datang akibat kekebalan hama ataupun karena musnahnya musuh alami. Untuk tanaman karet selain pemupukan secara teratur dan berimbang, perlu juga diantisipasi serangan jamur akar putih terutama untuk tanaman tua atau lahan tanam ulang baru.



Sangat dianjurkan penggunaan GLIO untuk mengurangi resiko dari serangan penyakit yang sangat berbahaya ini, yaitu dengan cara pengocoran  GLIO pada daerah perakaran. Untuk tanaman yang belum menghasilkan umur 1–3 tahun (TBM 1–3) dengan takaran 1 pak  GLIO untuk 25-50 pokok tiap 6 bulan sekali, sedang untuk selanjutnya cukup 1 kali setahun.

Kamis, 21 Februari 2013

BUDIDAYA SAPI POTONG

|0 komentar
BUDIDAYA  SAPI POTONG







Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu budidaya penggemukan sapi potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil

II. Penggemukan
Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan).
Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan sapi potong adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong.
Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

A. Sapi Bali.
Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.

B. Sapi Ongole. 

Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.

C. Sapi Brahman.
Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.

D. Sapi Madura.
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.

E. Sapi Limousin.
Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik

2. Pemilihan Bakalan.


Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :
Berumur di atas 2,5 tahun.
Jenis kelamin jantan.
Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm.
Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit).
Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
Kotoran normal

III. Tatalaksana Pemeliharaan.
3.1. Perkandangan.
Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.

3.2. Pakan.
Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen.

Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.

Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan.

 Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA juga mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA PLUS, POC NASA, dan HORMONIK. Produk ini, khususnya produk VITERNA PLUS menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak.

  Natural Viterna plus,mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :
Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K, Ca, Mg, Cl dan lain-lain.
Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh.
Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh sapi dari serangan penyakit.
Asam - asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam asetat dan asam butirat.

Sementara pemberian POC Nasa yang mengandung berbagai mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta dilengkapi protein dan lemak nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan bobot harian sapi, meningkatkan ketahanan tubuh ternak, mengurangi kadar kolesterol daging dan mengurangi bau kotoran.

Sedangkan Hormonik lebih berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh bagi ternak. Di mana formula ini akan sangat membantu meningkatkan pertumbuhan ternak secara keseluruhan.

Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam air minum atau komboran pakan konsentrat. Caranya sebagai berikut :
Campurkan 1 botol VITERNA Plus (500 cc) dan 1 botol POC Nasa (500 cc) ke dalam sebuah wadah khusus. Tambahkan ke dalam larutan campuran tersebut dengan 20 cc Hormonik. Aduk atau kocok hingga tercampur secara merata.









 Selanjutnya berikan kepada ternak sapi dengan dosis 10 cc per ekor. Interval 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.



3.3. Pengendalian Penyakit. 
Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah :

a. Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.

b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.

c. Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax.
Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.

IV. Produksi Daging.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah
1. Pakan.

Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian NATURAL VITERNA PLUS memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.

2. Faktor Genetik.
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi.

3. Jenis Kelamin.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.

4. Manajemen.
Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat..




Senin, 04 Februari 2013

Budidaya Kopi

|0 komentar
kopi pupuk-nasa Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi dahsyat ini bisa kita manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di sektor perkebunan. Hanya butuh sedikit sentuhan teknis budidaya yang
tepat, niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan.
PT. Natural Nusantara berusaha mewujudkan harapan bersama tersebut dengan paket panduan teknis dan produk tanpa melupakan Aspek K-3 yaitu kuantitas, kualitas dan kelestarian yang kini menjadi salah satu syarat persaingan di era globalisasi.
II. PERSIAPAN LAHAN
  • Untuk tanah pegunungan/miring buat teras.
  • Kurangi/tambah pohon pelindung yang cepat tumbuh kira-kira 1:4 hingga 1: 8 dari jumlah tanaman kopi.
  • Siapkan pupuk kandang matang sebanyak 25-50 kg, sebarkan Natural GLIO, diamkan satu minggu dan buat lobang tanam 60 x 60, atau 75 x 75 cm dengan jarak tanam 2,5x2,5 hingga 2,75 x 2,75 m minimal 2 bulan sebelum tanam
III. PEMBIBITAN
  • Siapkan biji yang berkualitas dari pohon yang telah diketahui produksinya biasanya dari penangkar benih terpercaya.
  • Buat kotak atau bumbunan tanah untuk persemaian dengan tebal lapisan pasir sekitar 5 cm.
  • Buat pelindung dengan pelepah atau paranet dengan pengurangan bertahap jika bibit telah tumbuh.
  • Siram bibitan dengan rutin dengan melihat kebasahan tanah.
  • Bibit akan berkecambah kurang lebih 1 bulan, pilih bibit yang sehat dan lakukan pemindahan ke polibag dengan hati2 agar akar tidak putus pada umur bibit 2 -3 bulan sejak awal pembibitan.
  • Tambahkan pupuk NPK sebagai pupuk dasar (lihat tabel) hingga umur 12 bulan.
  • Siramkan SUPER NASA dosis 1 sendok makan per 10 liter air, ambil 250 ml per pohon dari larutan tersebut.
  • Setelah bibit umur 4 bulan semprotkan 2 tutup POC NASA per tangki sebulan sekali hingga umur bibit 7-9 bulan dan siap tanam.
Tabel Dosis Pupuk Untuk Bibit Kopi
budidaya kopi
Umur (bln)
gr/m2
Urea
SP-36
KCl
3
10
5
5
5
20
10
10
7
30
15
15
9
40
20
20
12
50
25
25
Catatan : Jenis dan dosis pupuk bisa sesuai dengan anjuran dinas pertanian setempat. Perhatikan kelembapan tanah agar bibit tidak terkena serangan karat daun.
IV. PENANAMAN
  • Masukkan pupuk kandang dengan campuran tanah bagian atas saat penanaman bibit.
  • Usahakan saat tanam sudah memasuki musim hujan.
  • Lakukan penyiraman tanah setelah tanam.
  • Hindarkan resiko kematian tanaman baru dari gangguan ternak.
V. PENYULAMAN
  • Lakukan penyulaman segera jika tanaman mati atau gejala pertumbuhannya tidak normal.
  • Penyulaman dilakukan awal musim hujan.
VI. PENYIRAMAN
Lakukan penyiraman jika tanah kering atau musim kemarau
VII. PEMUPUKAN

  • Pemupukan NPK diberikan dua kali setahun, yaitu awal dan akhir musim hujan.
  • Setelah pemupukan sebaiknya disiram.
Jenis dan Dosis Pupuk Makro sesuai table.

Tahun
gr/pohon/tahun
Urea
SP-36
KCl
1
2 x 252 x 252 x 20
2
2 x 502 x 502 x 40
3
2 x 752 x 702 x 40
4
2 x 1002 x 902 x 40
5 - 10
2 x 1502 x 1302 x 60
> 10
2 x 2002 x 1752 x 80
Catatan : Jenis dan Dosis pupuk sesuai dengan jenis tanah atau rekomendasi dinas pertaniam setempat
Cara pemupukan dibuat lubang kecil mengelilingi tanaman sejauh ¾ lebar tajuk, pupuk dimasukan dan ditutup tanah. Akan lebih baik ditambah pupuk organik SUPER NASA dosis 1 botol untuk ± 200 tanaman. 1 botolSUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon atau siram atau kocorkan SUPER NASA 1 sendok makan per 10 liter air setiap 3-6 bulan sekali.
Apabila tanaman sudah berproduksi tambahkan pupuk khusus pembuahan, yaitu POWER NUTRITIONPOWER NUTRITION adalah pupuk organik yang diformulasikan secara khusus untuk merangsang mengoptimalkan pertumbuhan dan meningkatkan produksi buah pada tanaman kopi. POWER NUTRITION dibuat dari beragam bahan alami yang mengandung unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan pembuahan. Pemberian POWER NUTRITION bisa dicampurkan dengan pemupukan SUPER NASA dengan dosis sama seperti dosis pemberian SUPERNASA.
Untuk pemeliharaan semprotkan POC NASA 3-4 tutup + HORMONIK 1-2 tutup per tangki setiap 1 bulan sekali.
VIII. PEMANGKASAN
Lakukan pemangkasan rutin setelah berakhirnya masa panen (pangkas berat) untuk mengatur bentuk pertumbuhan, mengurangi cabang tunas air (wiwilan), mengurangi penguapan dan bertujuan agar terbentuk bunga, serta perbaikan bagian tanaman yang rusak. Pemangkasan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan
IX. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

A. H A M A
  1. Bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei) serangan di penyimpanan buah maupun saat masih di kebun . Pencegahan dengan PESTONA atau BVR secara bergantian.
  2. Penggerek cabang coklat dan hitam (Cylobarus morigerus dan Compactus ) menyerang ranting dan cabang. Pencegahan dengan PESTONA.
  3. Kutu dompolan (Pseudococcus citri) menyerang kuncup bunga, buah muda, ranting dan daun muda, pencegahan gunakan PESTONABVR atau PENTANA + AERO 810 secara bergantian.
B. PENYAKIT
  1. Penyakit karat daun disebabkan oleh Hemileia vastatrix , preventif semprotkan Natural GLIO.
  2. Penyakit Jamur Upas disebabkan oleh Corticium salmonicolor : Kurangi kelembaban , kerok dan preventif oleskan batang/ranting dengan Natural GLIO + POC NASA.
  3. Penyakit akar hitam penyebab Rosellina bunodes dan R. arcuata. Ditandai dengan daun kuning, layu, menggantung dan gugur. preventif dengan Natural GLIO
  4. Penyakit akar coklat penyebabnya : Fomes lamaoensis atau Phellinus lamaoensis preventif dengan Natural GLIO.
  5. Penyakit bercak coklat pada daun oleh Cercospora cafeicola Berk et Cooke pencegahan dengan Natural GLIO
  6. Penyakit mati ujung pada ranting.Penyebabnya Rhizoctonia. Preventif gunakanNatural GLIO
Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki
X. P A N E N
Kopi akan berproduksi mulai umur 2,5 tahun jika dirawat dengan baik dan buah telah menunjukkan warna merah yang meliputi sebagian besar tanaman, dan dilakukan bertahap sesuai dengan masa kemasakan buah.
XI. PENGOLAHAN HASIL
Agar dipersiapkan terlebih dahulu tempat penjemuran, pengupasan kulit dan juga penyimpanan hasil panen agar tidak rusak akibat hama pasca panen. Buah panenan harus segera diproses maksimal 20 jam setelah petik untuk mendapatkan hasil yang baik.
Penyebab Kerusakan Kopi Beras :
  1. Biji keriput : asal buah masih muda
  2. Biji berlubang :kopi terserang bubuk
  3. Biji kemerahan : Kurang bersih mencucinya
  4. Biji pecah : mesin pengupas kurang sempurna, berasal dari buah yang terserang bubuk, pada saat pengupasan dengan mesin kopi terlalu kering.
  5. Biji pecah diikuti oleh perubahan warna: mesin penguap dan pemisah kulit dengan biji kurang sempurna, fermentasi pada pengolahan basah kurang sempurna.
  6. Biji belang : pengeringan tidak sempurna, terlalu lama disimpan , suhu penyimpanan terlalu lembab.
  7. Biji Pucat : terlalu lama disimpan di tempat lembab
  8. Biji berkulit ari : Pengeringan tidak sempurna atau terlalu lama, pada pengeringan buatan suhu awal terlalu rendah.
  9. Biji berwarna kelabu hitam : pada pengeringan buatan suhunya terlalu tinggi.
  10. Noda-noda cokelat hitam : pada pengeringan buatan, kopi tidak sering diaduk/dibolak-balik.

Rabu, 30 Januari 2013

AKSI GANDA MENANGGULANGI HAMA DAN PENYAKIT PADA PADI

|0 komentar
 AKSI GANDA MENANGGULANGI HAMA DAN PENYAKIT PADA PADI

Pada penyemprotan masal di lahan padi di daerah manisrenggo , klaten, jawa tengah beberapa waktu banyak lalu mengingatkan pada kita bahwa ternyata pada budidaya padi saat ini mulai banyak serangan mulai hama atau penyakitnya. Wabah ini bisa wereng yang meluas hampir di seputaran jawa bahkan sampai diluar jawa, juga walangsangit yang lain sundep, beluk juga mengintai petani sewaktu waktu. Petani juga dihadapkan pada persoalan yang lain lagi adanya penyakit potong leher, becak bergaris atau penyakit yang disebabkan oleh jamur atau bakteri lainnya.Beragamnya berbagai pestisida dan fungisida yang beredar di lapangan cukup membuat petani bingung untuk memilih yang terbaik bagi tanamannya. Pemakaian yang tidak sesuai takaran, pencampuran yang tidak melihat dosis anjuran, penyemprotan yang tidak sesuai standar, disamping itu harga yang lumayan tinggi menjadikan proses pengendalian dan pencegahan hama dan penyakit terkesan asal dan yang Perlakuan pestisida dan fungisida yang kurang bijaksana itu sendiri mengakibatkan hama, jamur dan bakteri makin kebal, makin sulit dikendalikan akibatnya biaya yang dikeluarkan sang petani pun bertambah dan margin keuntungan yang akan didapat jelas akan berkurang seiring dengan pembelian berbagai obat pengendali ini.


PT NATURAL NUSANTARA memberikan solusi jitu dengan sekali semprot membantu petani mencegah dan mengendalikan hama dan penyakit pada padi. Sejak jaman dahulu orang mulai bercocok tanam padi sebelum ada pestisida maka Gliocladium sp dan Beuveria bassiana memang sudah banyak dilahan kita untuk membantu mencegah dan mengendalikan hama dan penyakit, namun semenjak hadirnya pestisida dan fungisida maka jamur teman petani ini juga ikut musnah.Dari berbagai kendala yang ada ternyata sudah banyak cara yang dipakai petani namun yang terjadi seperti sekarang ini, wabah, berbagai kasus yang lain. Kembalilah ke semula, kembalilah ke dasar pengendalian bahwa alam ini diciptakan dalam bentuk keseimbangan. Dengan menganut hukum ini maka kasus dan wabah diharapkan sudah mulai berkurang dan tidak ada lagi.

Apa itu NATURAL GLIO ? jamur Gliocladium sp dan Trichoderma dengan kandungan 10 pangkat 15 spora/gramnya mampu mencegah dan mengendalikan jamur jamur yang disebabkan oleh jamur ditanah seperti penyakit potong leher atau blast yang disebabkan oleh Pyricularia grisea, hawar daun atau kresek disebabkan Xanthomonas campestris pv Oryzae Dye, bercak daun Cercocspora, dll.
Apa itu NATURAL BVR ? adalah jamur Beuveria bassiana, dengan kandungan 10 pangkat 10 spora per gram nya mampu mencegah sundep beluk, wereng, walangsangit dan hama lainnya dengan tidak mematikan musuh alaminya.Jadi , dengan sekali semprot, maka hama dan penyakit pada padi serta merta tercegah dan terkendali, dengan didukung sertifikasi serta kualitas yang tidak perlu diragukan maka pemakaian NATURAL GLIO dan NATURAL BVR sangat dianjurkan bagi petani.NATURAL GLIO dan NATURAL BVR adalah produk berkualitas dari PT NATURAL NUSANTARA.



lokasi foto: manis renggo,klaten jawa tengah









.

VERTIKULTURE TEKNOLOGI PERTANIAN MASA DEPAN

|0 komentar

VERTIKULTURE TEKNOLOGI PERTANIAN MASA DEPAN

Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical dan culture) artinya sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Cara bercocok tanam secara vertikultur ini sebenarnya sama saja dengan bercocok tanam di kebun atau di sawah. Perbedaannya terletak pada lahan yang digunakan. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman. Dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Banyak sedikitnya tanaman yang akan kita budidayakan bergantung pada model wadah yang kita gunakan.

Untuk tanaman yang memerlukan banyak sinar matahari, seperti cabai, tomat, terong, dan sawi hendaknya diletakkan di posisi bagian atas. Sedangkan tanaman ginseng, kangkung, dan seledri bisa di bagian tengah atau bawah.

Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau perorangan yang mempunyai lahan sempit, namun ingin menanam tanaman sebanyak-banyaknya. Selain tanaman sayuran, kita bisa juga menanam tanaman hias.

Sungguh beruntung negara kita yang berada di garis khatulistiwa dan hanya memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan penghujan. Sinar matahari yang melimpah sebagai energi alam terbesar bersinar sepanjang tahun memungkinkan kita memiliki potensi pertanian (agrokompleks) yang hebat. N amun sayang potensi besar tersebut seringkali tak tergarap, meskipun sangat memungkinkan.

Manusia sering berpikir bahwa bertani / bertanam haruslah tersedia lahan yang luas, padahal alih fungsi lahan seolah tak terhentikan seiring laju pertumbuhan penduduk yang menurunkan potensi produksi pangan hingga 15-20%. Sehingga dibutuhkan suatu teknologi yang mampu mengurangi ketergantungan terhadap lahan. Salah satunya adalah teknologi vertikultur yaitu teknologi bertani secara vertikal (ke atas) dengan memanfaatkan energi surya di lahan yang terbatas.

Secara prinsip, banyak tanaman yang bisa dibudidayakan dengan sistem ini, namun pada umumnya hanya beberapa jenis tanaman saja terutama hortikultura dan sayuran yang dapat dipanen dalam waktu yang relatif singkat. Untuk skala yang lebih luas bisa dipilih komoditas dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi, sedangkan untuk skala keluarga bisa dipilih tanaman sayuran beberapa jenis untuk sekedar memenuhi kebutuhan sayuran rumah tangga, seperti kangkung darat, sawi, selada, bawang daun, seledri, atau hortikultura jenis cabai, terung, tomat dan lain sebagainya. Teknologi vertikultur berprinsip memanfaatkan cahaya matahari di lahan terbatas, dengan media yang bisa dimodifikasi sesuai dengan jenis tanamannya ataupun kemudahan mendapatkan bahan media, dengan support teknologi nutrisi dari luar media tersebut untuk mencukupi pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya tersebut.

Salah satu teknologi yang memungkinkan vertikultur mampu mensubsidi minimal untuk kebutuhan pangan keluarga adalah teknologi organik NASA yang penggunaannya sangat sederhana dan telah terbukti mampu meningkatkan produktifitas banyak tanaman budidaya, baik tanaman hias, semusim, maupun perkebunan. Dengan komposisi campuran media tanah : pupuk (bahan organik): pasir yaitu 2 : 1 : 1 

pemupukan dasar SUPERNASA 1 sendok makan per 5-10 liter air untuk dikocorkan secukupnya di media setelah tanam dan rutin setiap 1 minggu sekali, 
Di tambah penyemprotan POC NASA 2 tutup dan HORMONIK 0,5 tutup per tangki disemprotkan 1-2 hari sekali dan dikocorkan 3 hari sekali. Kebutuhan air untuk vertikultur relatif cukup besar karena sifat gravitasi air sehingga mudah turun ke bawah sehingga media menjadi kering. Untuk itu perlu dilakukan penyiraman terus menerus dengan drip atau dipantau beberapa jam sekali untuk diairi agar tanaman tidak kekurangan air/ dehidrasi.

Pengendalian hama lalat buah menggunakan perangkap Metilat lem, sedangkan untuk mencegah dan menanggulangi serangan kutu-kutuan ataupun ulat daun bisa kita gunakan Pestona, Pentana atau kombinasi keduanya 2 hari sekali, yang diselingi sesekali BVR . Dengan aplikasi dosis yang tepat, waktu dan jenis (termasuk pupuk NPK) jika dibutuhkan niscaya kita akan mampu mencukupi kebutuhan sayuran keluarga untuk sehari -hari yang terjamin sehat dan ramah lingkungan, minimal mampu mengurangi budget belanja harian. Dan jika itu terjadi insyaallah kita akan tersadar bahwa benar Tuhan Maha Kaya dan menyayangi bangsa Indonesia….hanya saja muncul pertanyaan lain kapan kesadaran itu datang sehingga kita bersyukur dan memanfaatkan segala pemberian Nya…


Senin, 28 Januari 2013

Tomcat Predator Yang Membantu Petani

|0 komentar

Tomcat adalah serangga dari genus Paederus yang hidup di tanah dan lebih suka tempat yang lembab. Daerah persawahan merupakan habitat favorit serangga ini karena lembab dan terdapat banyak makanan yang berupa wereng coklat. Jadi, sebenarnya tomcat itu merupakan musuh alami hama wereng. Pada akhir musim hujan atau pada saat panen, padi diambil sehingga akan mengurangi populasi wereng. Hal ini tentunya akan mengganggu habitat tomcat karena makanannya berkurang.

Ketika akhir musim hujan, tomcat sudah dalam keadaan dewasa atau imago. Serangga ini akan terbang mencari makanan ke tempatlain ketika terganggu habitanya. Tomcat yang merupakan spesies serangga kumbang akan terbang untuk menemukan habitat baru. Tomcat tidak benar-benar menyengat dan menggigit. Namun, ketika terganggu, serangga ini akan mengeluarkan racun bernama paederin. Cairan ini menyebabkan kulit melepuh dan mengalami gatal-gatal. Cairan bisa keluar jika serangga ini dipencet.

Mangrove merupakan salah satu daerah habitat serangga tomcat karena lembab. Jika terganggu, serangga ini bisa terbang ke daerah sekitar dan menyerang. Jika hutan mangrove telah rusak, maka serangga ini akan terbang ke daerah lain untuk menemukan sebuah lingkungan baru.

Tomcat memiliki kepala hitam dan dada dan perut, oranye. Ukuran sekitar 1 cm dengan sayap yang tidak menutupi seluruh abdomen tomcat.Jika tomcat menempel di kulit, maka tidak perlu memukulnya. Serangga ini cukup disingkirkan dengan meniup atau menggunakan kertas. Jangan memencetnya karena racun paederinnya bisa keluar dan membuat kulit seperti melepuh.
 
semoga bermanfaat,,
salam Nasa

PREDATOR HAMA

|0 komentar



PREDATOR

Ini bukan judul film yang telah banyak ditonton masyarakat di layar lebar atau di stasiun tv, ini adalah hewan pemangsa hama. Apa peran dan kegunaannya di dunia Entomologi dan dunia pertanian, mari sejenak kita simak.

Predator, dalam arti sederhana, predator hama adalah organisme pemangsa hama ( perusak tanaman). Umumnya yang dimangsa adalah hewan yang lebih kecil atau lebih lemah dari dirinya. Binatang yang ditangkap dan dimakan predator ini disebut mangsa. Mangsa predator antara lain serangga hama. Predator hama termasuk kelompok serangga tungau, laba laba, burung ular kucing dan binatang buas lainnya. Hal ini mengingatkan kita pada kejadian outbreak TOMCAT, yang menyerang pemukiman penduduk dan menyebabkan gatal gatal pada kulit, binatang ini termasuk predator untuk hama wereng.
Predator merupakan mata rantai ekosistem dan berfungsi melangsungkan aliran energy sehingga keberadaanya menentukan kestabilan ekosistem. Kondisi ekosistem tanaman yang stabilmerupakan kondisi yang selaras, serasi, seimbang dan harmoni ditandai dengan diversivitas biota yang tinggi dan hama terkendali. 
Keunggulan predator antara lain, terletak pada kemampuan mencari dan menemukan serta merespons populasi hama. Predator mampu menemukan hama pada tempat tempat yang tersembunyi dan yang sulit terpapar atau tersemprot racun kontak atau pestisida hayati dan atau yang tidak dapat dijangkau oleh manusia. Ketika jamur dan bakteri patogen tidak efektif mengendalikan hama pada musim kemarau yang kering, predator tetap aktif mencari mangsa yang eksplosi dan banyak pada musim kering seperti bangsa kutu, wereng dan tungau.
Dampak revolusi hijau, semenjak kebutuhan hidup manusia dipenuhi dari hasil mengusahakan dan memelihara sumberdaya alam antara lain pertanian yang intensif dan ekstensif paling tidak di negeri kita memberi dampak yang luar biasa dan signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dunia, namun hal ini juga diikuti konsekuensi negative yang luar biasa.
Kualitas tanah yang menurun akibat jenuh dengan pemakaian pupuk kimia dan pestisida kimia yang mengganggu keseimbangan biologis tanah.Lingkungan rusak parah karena eksploitasi sumberdaya alam yang tidak bijaksana serta adanya pencemaran lingkungan.
Biotipe baru hama muncul akibat penggunaan varietas unggul tahan hama.Resistensi dan resurjensi hama timbul akibat aplikasi insektisida kimia yang tidak bijaksana. Semestinya hama yang disemprot menjadi terkendali malah sebaliknya menjadi eksplosi.Tanaman monokultur sangat rentan terhadap serangan hama dan dapat meningkatkan status ekonomi hama. Sebagai contoh hama kutu wereng dan tungau.
Dampak revolusi hijau, semenjak kebutuhan hidup manusia dipenuhi dari hasil mengusahakan dan memelihara sumberdaya alam antara lain pertanian yang intensif dan ekstensif paling tidak di negeri kita memberi dampak yang luar biasa dan signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dunia, namun hal ini juga diikuti konsekuensi negative yang luar biasa.
Kualitas tanah yang menurun akibat jenuh dengan pemakaian pupuk kimia dan pestisida kimia yang mengganggu keseimbangan biologis tanah.Lingkungan rusak parah karena eksploitasi sumberdaya alam yang tidak bijaksana serta adanya pencemaran lingkungan.
Biotipe baru hama muncul akibat penggunaan varietas unggul tahan hama.Resistensi dan resurjensi hama timbul akibat aplikasi insektisida kimia yang tidak bijaksana. Semestinya hama yang disemprot menjadi terkendali malah sebaliknya menjadi eksplosi.Tanaman monokultur sangat rentan terhadap serangan hama dan dapat meningkatkan status ekonomi hama. Sebagai contoh hama kutu perisai jenis Aulacapsis tegalensis yang sebelumnya  tidak pernah dilaporkan sebagai hama penting pada perkebunan tebu.
Dari berbagai hal tersebut alangkah indahnya untuk mengendalikan dan memelihara sang predator yang berfungsi mengendalikan hama hama di sekitar pertanaman kita, dengan cara pemakaian pestisida yang bijaksana dan alangkah baiknya jika kita mengendalikan hama namun tidak mematikan sang predator tersebut karena terbukti akan membantu dan mengendalikan hama.

Pemakaian BVR Beveria bassiana  mampu mengendalikan 6 ordo yang berisi ribuan spesies hama, dan sang predator akan terselamatkan karena tidak mengganggu kehidupan predator. Demikian juga pemakaian Pestona, PENTANA, pestisida alami ini terbukti mampu menekan perkembangan hama. Jika kita ingin membuatnya sendiri dari bahan bahan alami disekitar kitapun juga cukup mudah, namun jika ingin praktis dan mudah  bisa gunakan pestisida hayati dan pestisida alami dari PT NATURAL NUSANTARA. Dan jika ingin menambah bahan bahan pestisida alami lain yang ada di sekitar kita pada produk pestisida alami NASA, maka bahan tersebut dapat dicampurkan saat penyemprotan dilapangan. ( dari berbagai sumber)

Jumat, 25 Januari 2013

Budidaya Tomat Nasa

|0 komentar
tomatpupuknasa3Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksi Tomat baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain tanah yang keras, miskin unsur hara mikro serta hormon, pemupukan tidak berimbang, serangan hama dan penyakit, pengaruh cuaca dan iklim, serta teknis budidaya petani
PT. Natural Nusantara berupaya membantu petani dalam peningkatan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan (Aspek K-3), agar petani dapat berkompetisi di era perdagangan bebas.
A. FASE PRA TANAM
1. Syarat Tumbuh>
- Tomat dapat ditanam di dataran rendah/dataran tinggi
- Tanahnya gembur, porus dan subur, tanah liat yang sedikit mengandung pasir dan pH antara 5 - 6
- Curah hujan 750-1250 mm/tahun, curah hujan yang tinggi dapat me
nghambat persarian.
- Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang pertumbuhan tanaman yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak, tetapi juga akan merangsang mikroorganisme pengganggu tanaman dan ini berbahaya bagi tanaman
2. Pola Tanam
- Tanaman yang dianjurkan adalah jagung, padi, sorghum, kubis dan kacang-kacangan
- Dianjurkan tanam sistem tumpang sari atau tanaman sela untuk memberikan keadaan yang kurang disukai oleh organisme jasad pengganggu
3. Penyiapan Lahan
- Pilih lahan gembur dan subur yang sebelumnya tidak ditanami tomat, cabai, terong, tembakau dan kentang .
- Untuk mengurangi nematoda dalam tanah genangilah tanah dengan air selama dua minggu
- Bila pH rendah berikanlah kapur dolomite 150 kg/1000 m2 dan disebar serta diaduk rata pada umur 2-3 minggu sebelum tanam
- Buatlah bedengan selebar 120-160 cm untuk barisan ganda dan 40-50 cm untuk barisan tunggal
- Buatlah parit selebar 20-30 cm diantara bedengan dengan kedalaman 30 cm untuk pembuangan air.
- Berikan pupuk dasar 4 kg Urea /ZA + 7,5 kg TSP + 4 kg KCl per 1000 m2 diatas bedengan, aduk dan ratakan dengan tanah
- Atau jika pakai Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg / 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di atas bedengan.
- Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata diatas bedengan dosis 1-2 botol/1000 m2. Hasil akan lebih bagus jika diganti SUPER NASA (dosis ± 1-2 botol/1000 m2 ) dengan cara :
- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan
- Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet yang telah dicampur pupuk kandang (+ 1 minggu) merata di atas bedengan pada sore hari
- Jika pakai Mulsa plastik, tutup bedengan pada siang hari
- Biarkan selama 5-7 hari sebelum tanam
- Buat lubang tanam dengan jarak 60 x 80 cm atau 60 x 50 cm di atas bedengan, diameter 7-8 cm sedalam 15 cm
4. Pemilihan Bibit
- Pilih varietas tahan dan jenis Hybryda ( F1 Hybryd )
- Bibit berdaun 5-6 helai daun (25-30 HSS=hari setelah semai) pindahkan ke lapangan
- Untuk mengurangi stress awal pertumbuhan perlu disiram dulu pada sore sehari sebelum tanam atau pagi harinya (agar lembab)
B. FASE PERSEMAIAN (0-30 HSS)
- Siapkan media tanam yang merupakan campuran tanah dan pupuk kandang 25 - 30 kg + Natural GLIO (1:1)
- Masukkan dalam polibag plastik atau contongan daun pisang atau kelapa
- Sebarlah benih secara merata atau masukkan satu per satu dalam polibag
- Setelah benih berumur 8-10 hari , pilih bibit yang baik, tegar dan sehat dipindahkan dalam bumbunan daun pisang atau dikepeli yang berisi campuran media tanam
- Penyiraman dilakukan setiap hari (lihat kondisi tanah)
- Penyemprotan POC NASA pada umur 10 dan 17 hari dengan dosis 2 tutup/tangki
C. FASE TANAM ( 0-15 HST=Hari Setelah Tanam )
- Bedengan sehari sebelumnya diairi ( dilep ) dahulu
- Bibit siap tanam umur 3 - 4 minggu, berdaun 5-6
- Penanaman sore hari
- Buka polibag plastik
- Benamkan bibit secara dangkal pada batas pangkal batang dan ditimbun dengan tanah di sekitarnya
- Selesai penanaman langsung disiram dengan POC NASA dengan dosis 2-3 tutup per + 15 liter air
- Sulam tanaman yang mati sampai berumur 2 minggu, caranya tanaman yang telah mati, rusak, layu atau pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru, dibersihkan dan diberi Natural GLIO lalu bibit ditanam
- Pengairan dilakukan tiap hari sampai tomat tumbuh normal (Jawa : lilir), hati-hati jangan sampai berlebihan karena tanaman bisa tumbuh memanjang, tidak mampu menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit
- Amati hama seperti ulat tanah dan ulat grayak. Jika ada serangan semprot dengan Natural VITURA
- Amati penyakit seperti penyakit layu Fusarium atau bakteri dan busuk daun , kendalikan dengan menyemprot Natural GLIO dicampur gula pasir perbandingan 1:1. Untuk penyakit Virus, kendalikan vektornya seperti Thrips, kutu kebul (Bemissia tabaci), banci ( Aphis sp.), Kutu persik (Myzus sp.) dan tungau (Tetranichus sp.) dengan menyemprot Natural BVR atau Pestona secara bergantian
- Pasang ajir sedini mungkin supaya akar tidak rusak tertusuk ajir dengan jarak 10-20 cm dari batang tomat
D. FASE VEGETATIF ( 15-30 HST)
- Jika tanpa mulsa, penyiangan dan pembubunan pada umur 28 HST bersamaan penggemburan dan pemberian pupuk susulan diikuti pengguludan tanaman
- Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu semenjak tanam, diberi pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 untuk setiap tanaman (1-2 gram), berikan di sekeliling tanaman pada jarak ± 3 cm dari batang tanaman tomat kemudian ditutup tanah dan siram dengan air
- Pemupukan kedua dilakukan umur 2-3 minggu sesudah tanam berupa campuran Urea dan KCl (± 5 gr), berikan di sekeliling batang tanaman sejauh ± 5 cm dan sedalam ± 1 cm kemudian ditutup tanah dan siram dengan air.
- Bila umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur dapat dipupuk Urea dan KCl lagi (7 gram). Jarak pemupukan dari batang dibuat makin jauh ( ± 7 cm).
- Jika pakai Mulsa tidak perlu penyiangan dan pembubunan serta pupuk susulan diberikan dengan cara dikocorkan
- Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari
- Amati hama dan penyakit seperti ulat, kutu-kutuan, penyakit layu dan virus, jika terjadi serangan kendalikan seperti pada fase tanam
- Semprotkan POC NASA (4-5 tutup) per tangki atau POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) setiap 7 hari sekali.
- Tanaman yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat pada ajir dan setiap bertambah tinggi + 20 cm harus diikat lagi agar batang tomat berdiri tegak.
- Pengikatan jangan terlalu erat dengan model angka 8, sehingga tidak terjadi gesekan antara batang dengan ajir yang dapat menimbulkan luka.
tomat pupuknasa1
menggunakan nasa
menggunakan nasa








E. FASE GENERATIF (30 - 80 HST)
1. Pengelolaan Tanaman
- Jika tanpa mulsa penyiangan dan pembubunan kedua dilakukan umur 45-50 hari
- Untuk merangsang pembungaan pada umur 32 HST lakukan perempelan tunas-tunas tidak produktif setiap 5-7 hari sekali, sehingga tinggal 1-3 cabang utama / tanaman
- Perempelan sebaiknya pagi hari agar luka bekas rempelan cepat kering dengan cara; ujung tunas dipegang dengan tangan bersih lalu digerakkan ke kanan-kiri sampai tunas putus. Tunas yang terlanjur menjadi cabang besar harus dipotong dengan pisau atau gunting, sedangkan tanaman yang tingginya terbatas perempelan harus hati-hati agar tunas terakhir tidak ikut dirempel sehingga tanaman tidak terlalu pendek
- Ketinggian tanaman dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman apabila jumlah dompolan buah mencapai 5-7 buah
- Semprotkan POC NASA dan HORMONIK setiap 7-10 hari sekali dengan dosis 3-4 tutup POC NASA dan 1-2 tutup HORMONIK/tangki. - Agar tidak mudah hilang oleh air hujan dan merata tambahkan Perekat Perata AERO 810 dengan dosis 5 ml ( 1/2 tutup)/tangki.
2. Pengamatan Hama dan Penyakit
- Ulat buah (Helicoperva armigera dan Heliothis sp.). Gejala buah berlubang dan kotoran menumpuk dalam buah yang terserang. Lakukan pengumpulan dan pemusnahan buah tomat terserang, semprot dengan PESTONA
- Lalat buah (Brachtocera atau Dacus sp.).Gejala buah busuk karena terserang jamur dan bila buah dibelah akan kelihatan larva berwarna putih. - - Bersifat agravator, yaitu sebagai vektornya penyakit jamur, bakteri dan Drosophilla sp. Kumpulkan dan bakar buah terserang, gunakan perangkap lalat buah jantan (dapat dicampur insektisida)
- Busuk daun (Phytopthora infestans), bercak daun dan buah (Alternaria solani) serta busuk buah antraknose (Colletotrichum coccodes). Jika ada serangan semprot dengan Natural GLIO
- Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami (PESTONA, GLIO, VITURA) belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
- Busuk ujung buah. Ujung buah tampak lingkaran hitam dan busuk. Ini gejala kekurangan Ca ( Calsium). Berikan Dolomit.
F. FASE PANEN & PASCA PANEN (80 - 130 HST)
- Panen pada umur 90-100 HST dengan ciri; kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua mengering, batang menguning, pada pagi atau sore hari disaat cuaca cerah. Buah dipuntir hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran buah dilakukan satu-persatu dan dipilih buah yang siap petik. Masukkan keranjang dan letakkan di tempat yang teduh
- Interval pemetikan 2-3 hari sekali.
- Supaya tahan lama, tidak cepat busuk dan tidak mudah memar, buah tomat yang akan dikonsumsi segar dipanen setengah matang
- Wadah yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan papan bercelah dan jangan dibanting
- Waspadai penyakit busuk buah Antraknose, kumpulkan dan musnahkan
- Buah tomat yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut siap untuk konsumsi.

Budidaya Kentang

|0 komentar

kentang pupuknasa 

PENDAHULUAN
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga menjadi komoditi penting. PT. NATURAL NUSANTARA berupaya meningkatkan produksi kentang nasional secara kuantitas, kualitas dan tetap berdasarkan kelestarian lingkungan (Aspek 3K).

SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21 °C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl.

2.2. Media Tanam
Struktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam dan pH antara 5,8-7,0.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
- Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram, umur 150-180 hari, tidak cacat, dan varitas unggul. Pilih umbi berukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas dan hanya sampai generasi keempat saja. Setelah tunas + 2 cm, siap ditanam.
- Bila bibit membeli (usahakan bibit yang bersertifikat), berat antara 30-45 gram dengan 3-5 mata tunas. Penanaman dapat dilakukan tanpa/dengan pembelahan. Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi direndam dulu menggunakan POC NASA selama 1-3 jam (2-4 cc/lt air).

3.2. Pengolahan Media Tanam
Lahan dibajak sedalam 30-40 cm dan biarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan dengan lebar 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan buat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.
Natural Glio yang sudah terlebih dahulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu, ditebarkan merata pada bedengan (dosis : 1-2 kemasan Natural Glio dicampur 50-100 kg pupuk kandang/1000 m2).

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Pemupukan Dasar
a. Pupuk anorganik berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200 kg/ha), dan KCl (75 kg/ha).
b. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secukupnya secara merata di atas bedengan, dosis 1-2 botol/ 1000 m². Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA dengan cara :
alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram 10 meter bedengan.
Penyiraman POC NASASUPER NASA dilakukan sebelum pemberian pupuk kandang.
c. Berikan pupuk kandang 5-6 ton/ha (dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam) satu minggu sebelum tanam,

3.3.2. Cara Penanaman
Jarak tanaman tergantung varietas, 80 cm x 40 cm atau 70 x 30 cm dengan kebutuhan bibit + 1.300-1.700 kg/ha (bobot umbi 30-45 gr). Waktu tanam diakhir musim hujan (April-Juni).
kentang pupuk nasa2






3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Penyulaman untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh/tumbuhnya jelek dilakukan 15 hari semenjak tumbuh.

3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan penggemburan.

3.4.3. Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara.

3.4.4. Pemupukan Susulan
a. Pupuk Makro
Urea/ZA: 21 hari setelah tanam (hst) 300 kg/ha dan 45 hst 150 kg/ha.
SP-36: 21 hst 250 kg/ha.
KCl: 21 hst 150 kg/ha dan 45 hst 75 kg/ha.
Pupuk makro diberikan jarak 10 cm dari batang tanaman.

b. POC NASA: mulai umur 1 minggu s/d 10 atau 11 minggu.
Alternatif I : 8-10 kali (interval 1 minggu sekali dengan dosis 4 tutup/tangki atau 1 botol (500 cc)/ drum 200 lt air.
Alternatif II : 5 - 6 kali (interval 2 mingu sekali dengan dosis 6 tutup/tangki atau 1,5 botol (750 cc)/ drum 200 lt air.

c. HORMONIK : penyemprotan POC NASA akan lebih optimal jika dicampur HORMONIK (dosis 1-2 tutup/tangki atau + 2-3 botol/drum 200 liter air).

3.4.5. Pengairan
Pengairan 7 hari sekali secara rutin dengan di gembor, Power Sprayer atau dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit).

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama

Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat menyerang daun hingga habis daunnya. Pengendalian: (1) memangkas daun yang telah ditempeli telur; (2) penyemprotan Natural Vitura dan sanitasi lingkungan.

Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan virus. Pengendalian: memotong dan membakar daun yang terinfeksi, serta penyemprotan Pestona atau BVR.

Orong-orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri. Pengendalian: Pengocoran Pestona.

Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
Gejala: daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila dibelah, terlihat lubang-lubang karena sebagian umbi telah dimakan. Pengendalian : Pengocoran Pestona.

Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, berubah menjadi abu-abu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujung-ujung daun yang masih muda.

Pengendalian:

(1) memangkas bagian daun yang terserang;

(2) mengunakan Pestona atau BVR.

3.5.2. Penyakit
Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan daun membusuk/mati. Pengendalian: sanitasi kebun. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah menguning. Pengendalian: sanitasi kebun, pergiliran tanaman. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendalian: pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam

Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis. Pengendalian: menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan pendangiran. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

Penyakit bercak kering (Early Blight)
Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit dan berkembang di daerah kering. Gejala: daun berbercak kecil tersebar tidak teratur, warna coklat tua, meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan, kering, berkerut dan keras. Pengendalian: pergiliran tanaman. Pencegahan : Natural Glio sebelum/awal tanam

Penyakit karena virus
Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun menggulung; (2) Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik lemas. Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan jaringan mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan pertanian, kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan Myzus persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan nematoda. Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman sakit, mengendalikan vektor dengan Pestona atau BVR dan melakukan pergiliran tanaman.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen jika daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan (agak mengering) dan kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari.


SEMOGA BERMANFAAT,,,