VERTIKULTURE TEKNOLOGI PERTANIAN MASA DEPAN
Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical dan culture) artinya sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Cara bercocok tanam secara vertikultur ini sebenarnya sama saja dengan bercocok tanam di kebun atau di sawah. Perbedaannya terletak pada lahan yang digunakan. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman. Dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Banyak sedikitnya tanaman yang akan kita budidayakan bergantung pada model wadah yang kita gunakan.
Untuk tanaman yang memerlukan banyak sinar matahari, seperti cabai, tomat, terong, dan sawi hendaknya diletakkan di posisi bagian atas. Sedangkan tanaman ginseng, kangkung, dan seledri bisa di bagian tengah atau bawah.
Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau perorangan yang mempunyai lahan sempit, namun ingin menanam tanaman sebanyak-banyaknya. Selain tanaman sayuran, kita bisa juga menanam tanaman hias.
Sungguh beruntung negara kita yang berada di garis khatulistiwa dan hanya memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan penghujan. Sinar matahari yang melimpah sebagai energi alam terbesar bersinar sepanjang tahun memungkinkan kita memiliki potensi pertanian (agrokompleks) yang hebat. N amun sayang potensi besar tersebut seringkali tak tergarap, meskipun sangat memungkinkan.
Manusia sering berpikir bahwa bertani / bertanam haruslah tersedia lahan yang luas, padahal alih fungsi lahan seolah tak terhentikan seiring laju pertumbuhan penduduk yang menurunkan potensi produksi pangan hingga 15-20%. Sehingga dibutuhkan suatu teknologi yang mampu mengurangi ketergantungan terhadap lahan. Salah satunya adalah teknologi vertikultur yaitu teknologi bertani secara vertikal (ke atas) dengan memanfaatkan energi surya di lahan yang terbatas.
Secara prinsip, banyak tanaman yang bisa dibudidayakan dengan sistem ini, namun pada umumnya hanya beberapa jenis tanaman saja terutama hortikultura dan sayuran yang dapat dipanen dalam waktu yang relatif singkat. Untuk skala yang lebih luas bisa dipilih komoditas dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi, sedangkan untuk skala keluarga bisa dipilih tanaman sayuran beberapa jenis untuk sekedar memenuhi kebutuhan sayuran rumah tangga, seperti kangkung darat, sawi, selada, bawang daun, seledri, atau hortikultura jenis cabai, terung, tomat dan lain sebagainya. Teknologi vertikultur berprinsip memanfaatkan cahaya matahari di lahan terbatas, dengan media yang bisa dimodifikasi sesuai dengan jenis tanamannya ataupun kemudahan mendapatkan bahan media, dengan support teknologi nutrisi dari luar media tersebut untuk mencukupi pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya tersebut.
Salah satu teknologi yang memungkinkan vertikultur mampu mensubsidi minimal untuk kebutuhan pangan keluarga adalah teknologi organik NASA yang penggunaannya sangat sederhana dan telah terbukti mampu meningkatkan produktifitas banyak tanaman budidaya, baik tanaman hias, semusim, maupun perkebunan. Dengan komposisi campuran media tanah : pupuk (bahan organik): pasir yaitu 2 : 1 : 1
pemupukan dasar SUPERNASA 1 sendok makan per 5-10 liter air untuk dikocorkan secukupnya di media setelah tanam dan rutin setiap 1 minggu sekali,
Di tambah penyemprotan POC NASA 2 tutup dan HORMONIK 0,5 tutup per tangki disemprotkan 1-2 hari sekali dan dikocorkan 3 hari sekali. Kebutuhan air untuk vertikultur relatif cukup besar karena sifat gravitasi air sehingga mudah turun ke bawah sehingga media menjadi kering. Untuk itu perlu dilakukan penyiraman terus menerus dengan drip atau dipantau beberapa jam sekali untuk diairi agar tanaman tidak kekurangan air/ dehidrasi.
Pengendalian hama lalat buah menggunakan perangkap Metilat lem, sedangkan untuk mencegah dan menanggulangi serangan kutu-kutuan ataupun ulat daun bisa kita gunakan Pestona, Pentana atau kombinasi keduanya 2 hari sekali, yang diselingi sesekali BVR . Dengan aplikasi dosis yang tepat, waktu dan jenis (termasuk pupuk NPK) jika dibutuhkan niscaya kita akan mampu mencukupi kebutuhan sayuran keluarga untuk sehari -hari yang terjamin sehat dan ramah lingkungan, minimal mampu mengurangi budget belanja harian. Dan jika itu terjadi insyaallah kita akan tersadar bahwa benar Tuhan Maha Kaya dan menyayangi bangsa Indonesia….hanya saja muncul pertanyaan lain kapan kesadaran itu datang sehingga kita bersyukur dan memanfaatkan segala pemberian Nya…
0 komentar:
Posting Komentar