Kamis, 03 Januari 2013

Insektisida Hayati dari Jamur


Sebagaimana kita ketahui bersama serta baiknya mesti tahu bahwa pengendalian hama dengan biologi atau pengenda­lian hayati memperoleh perhatian yang cukup besar didunia pertanian. Berkaitan hal ini diantaranya dikarenakan oleh kesadar­an penduduk yang makin tinggi dapat bahayanya dampak samping penggu­naan pestisida kimia baik pada ma­nusia ataupun lingkungan. Efek ne­gatif pemakaian pestisida yang kurang bijaksana dapat menyebabkan resistensi hama, resurgensi hama, timbulnya hama ke-2, terbunuhnya jasad bukan hanya tujuan ( musuh alami, residu pestisida serta pencemaran lingkungan. kecen­derungan penduduk untuk nikmati hasil – hasil pertanian yang bebas residu pestisida makin meningkat. di sam­ping kebijaksanaan pemerintah didalam pengendalian dengan sistem pengelo­laan hama terpadu ( pht ) cocok uu no. 12 th. 1992 juga mendorong untuk berikan peluang peran yang besar pada pengendalian hayati.

Di antara agens hayati yang dapat dipakai sebagai pengendalian hayati atau biologi yaitu jamur entomopatogenik ( jamur yang mengonsumsi hama ) serta jamur antagonis ( jamur yang mengonsumsi jamur ) ada sebagian alasan kenapa jamur entomopatogenik serta jamur antagonis banyak jadi pilihan untuk pengendalian hama penyakit daripada organisme lain. salah satunya jamur entomopatogenik serta jamur antagonis memiliki kapasitas reproduksi yang tinggi, siklus hidupnya pendek, bisa membentuk spora yang bisa bertahan lama di alam, apalagi didalam situasi yang tidak beruntung walaupun. selain itu relatif safe, berbentuk selektif, cocok dengan beragam insektisida, relatif gampang diproduksi, kemungkinan menyebabkan resistensi amat kecil. disamping itu, di sebagian negara maju sudah dipakai dengan teratur serta meluas, contohnya rusia sudah memakai beauveria bassiana untuk mengendalikan penggerek umbi kentang, colarado potato beetle ( laspeyresia pomonella ).

Kesuksesan pemakaian jamur en­tomopatogenik serta jamur antagonis di lapangan amat di pengaruhi oleh factor lingkungan ( suhu, kelembapan ), jumlah spora ( terhitung viabilitas serta virulen­sinya ) yang disemprotkan, hingga kemungkinan spora hingga tujuan cukup banyak. di samping itu butuh di­ketahui biologi hama atau daur hidupnya supaya waktu penyemprotan bisa lebih pas. juga waktu penyemprotan mesti betul-betul pas, maksudnya tidak di­semprotkan pada saat matahari terik, baiknya aplikasinya pada saat men­dung atau sore hari.

Natural Glio


Viabilitas ( daya hidup ) spora jamur entomopatogenik serta jamur antagonis di­pengaruhi oleh factor suhu, kelembapan, ph, radiasi cahaya matahari serta senyawa kimia layaknya nutrisi serta pestisida. perihal ini mutlak untuk dipelajari, karena syarat satu patogen sukses baik dipakai sebagai agensia pengendali hama yakni mesti mempunyai viabilitas serta virulensi ( daya bunuh ) yang terus terpelihara atau tinggi.

Natural BVR

Di antara jamur entomopatogenik yaitu beuaveria bassiana, ( natural bvr ) serta jamur antagonis yaitu glio­cladium sp, trichoderma sp. ( natural glio ) adalah hanya satu agens hayati yang sudah bersertifikat dari komisi pestisida. Natu­ral BVR amat bagus untuk mengenda­likan wereng, walang sangit, penggerek batang padi serta kakao, penggerek buah kopi serta kakao. tengah natual glio untuk mengendalikan penyakit layu baik fusarium ( jamur ) atau xanthomonas sp serta pseudomonas sp. ( bakteri ) serta dapat mengendalikan penyakit akar gada pada kobis serta akar putih pada tanaman per­kebunan ( kakao, karet, sawit, sengon, kopi, teh serta kina ).

semoga bermanfaat,,,
jangan lupa kunjungi
www.pupuk-nasa.com

0 komentar:

Posting Komentar